Wednesday, September 10, 2014

FSJ/ BFD: Awal yang Baru

      Satu September kemarin pertemuan pertama saya dengan teman-teman seperjuangan nanti, kebanyakan berumuran 18-19 tahun, alias fresh graduate dari Abitur mereka. Hanya saya dan eine andere junge Frau dari Kenya yang Ausländer, lainnya orang Jerman tulen! Keesokan harinya, 2 September, berangkatlah saya dan teman-teman ke Norddeich, Norden, Niedersachsen untuk Seminarreise kami. Kota Norddeich ini terletak di pinggir laut Barat Jerman. Seminar ini diadakan sampai tanggal 7 September.
      Jadi apa yang dilakukan saat seminar selama 6 hari? Dalam pikiran saya dan teman-teman, kami bakalan duduk diam manis di sebuah ruangan dan sie klatschen uns voll; tapi nyatanya tidak!
      Hari pertama, kami berangkat dari Hannover Hauptbahnhof 11.20 dengan estimasi sampai di Norden sekitar pukul 4 sore. Tapi ternyata kereta regional yang kami tumpangi rusak, sehingga dialihkan dengan kereta IC dan sampai di Norden hampir pukul 6 sore. Di sana, kami menginap di guest house ,,To Huus" dan saya bersama 4 teman lainnya sekamar. Karena kami akan tinggal di sana cukup lama, 6 hari, dan tanpa pelayan, maka dibutuhkan relawan untuk saling membantu menyiapkan segala sesuatu. Misalnya relawan untuk makan pagi, maka relawan-relawan ini perlu bangun lebih pagi dari pada yang lainnya untuk membantu menyiapkan makan pagi lainnya setiap hari. Selain relawan untuk makan pagi, juga ada relawan untuk makan siang, makan malam, dapur, toilet, bersih-bersih lantai, bersih-bersih ruang seminar, dan relawan untuk sampah. Di sini, saya dan 4 teman sekamar saya memilih untuk membantu bersih-bersih sampah.
      Di Norden, sampah perlu dipisah secara teliti. Maka itulah tugas kami, memastikan sampah masuk ke kantung yang benar. Memang terbayang di benak akan sangat menjijikkan, tapi ternyata tidak (malah asyik!). Kami juga diberikan sarung tangan karet dan disinfektan untuk itu.
       Hari kedua hingga hari kelima, kami diberi tugas, baik sendirian, berdua, maupun berempat. Mulai dari membuat plakat data diri, mengandaikan masa depan, hingga membuat presentasi mengenai penyakit yang mungkin kami temui di tempat kami membantu, Landesbildungszentrum für Blinde Hannover. Saya mendapat kesempatan untuk mempresentasikan mengenai kebutaan dan keterbatasan melihat (Blindheit und Sehbeeinträchtigung), sebuah tema yang pas sekali dengan kami.
      Saat presentasi, kami mengenal lebih banyak penyakit baru dan cara menangani penderitanya. Salah satu penyakit yang paling menyentuh hati adalah NCL, di mana penderitanya dilahirkan normal (semua indera bekerja) namun menginjak usia anak-anak penglihatannya akan mulai terbatas. Mulanya mereka terbatas penglihatannya (pinggiran tak terlihat) hingga buta total akhirnya. Tidak hanya sampai di situ, si penderita juga akan tahu bahwa umur mereka setelah buta total tidak lama lagi.
      Di selang-selang pembuatan presentasi, kami tentu saja mendapat hiburan. Hari ketiga, kami berkesempatan bermain sepeda (biaya ditanggung Träger! ;)) dan di kesempatan ini saya dan beberapa teman pergi ke pantai. Selain itu, keesokan harinya, kami juga berkesempatan mendengarkan cerita anak-anak dengan duduk melingkari api unggun di dalam tenda. Hari kelima malam, kami mengadakan pesta perpisahan, dan yang pasti diiringi pesta bir.

September 2014, Pantai Norddeich.

September 2014, pantai Norddeich.

     Hal yang paling asyik dari seminar ini adalah hal yang dilakukan kami pada hari kelima; kami berkesempatan merasakan bagaimana buta. Jadi kami dipasang-pasangkan berdua-dua dan diberi waktu 4 jam untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dua jam pertama, pasangan saya akan memakai penutup mata dan menjadi 'buta', sedangkan saya menjadi penuntunnya. Selama dua jam ini, saya harus menyelesaikan semua tugas yang diberikan, mulai dari menemukan alat unik di sebuah sekolah, makan es di pusat kota, membeli kartu pos dan meminta pasangan saya dengan masih mata tertutup menulis kartu post tersebut dan di akhiri dengan mengirim kartu pos tersebut.
      Di kesempatan ini, kami benar-benar menyadari bagaimana menjadi buta; bagaimana reaksi orang sekitar, bagaimana indera lain kami menajam, bagaimana perasaan menjadi buta, dan lainnya. Tujuannya, kami bisa menangani pelajar-pelajar buta dengan baik, karena kami sudah merasakan bagaimana menjadi buta.
      Dan akhirnya di hari keenam, sedikit berberes-beres, berpamitan dengan pekerja dari Träger, dan berangkatlah kami kembali menuju Hannover (dan lagi-lagi kami 'dievakuasi' dari kereta regional ke kereta IC lantaran perbaikan rel!).